Data Center adalah suatu
fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem komputer dan
komponen-komponen terkaitnya, seperti sistem telekomunikasi dan penyimpanan
data. Fasilitas ini biasanya mencakup juga catu daya redundan atau cadangan,
koneksi komunikasi data redundan, pengontrol lingkungan (mis. AC, ventilasi),
pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik. Salah satu penempatan
server untuk website atau database.
Pada data center terdapat ratusan
bahkan ribuan server yang tersusun pada rak server yang ditata sesuai bentuk
fisiknya, baik tower maupun rack dari ukuran 1U s/d 4u. Disetiap ruang memiliki
pendingin, sistem catu daya, ups, security dan jaringan terkoneksi yang ditata
dengan detail. Bahkan lantai dimana server dibangun memiliki karakteristik
yakni terdapat upaya peredam dan selokan tempat jaringan kabel listrik maupun
komputer.
Data Center yang secara
harafiah berarti pusat data, adalah suatu fasilitas untuk menempatkan sistem
komputer dan equipment-equipment terkait, seperti sistem komunikasi data dan
penyimpanan data. Fasilitas ini mencakup catu daya redundant, koneksi
komunikasi data redundant, pengontrol lingkungan, pencegah bahaya kebakaran,
serta piranti keamanan fisik. Pada era ICT (Information and Communication
Technology) saat ini, Data Center telah menjadi satu issue penting di
dunia, khusunya bagi para pelaku bisnis. Sebagai inti dari layanan bisnis, maka
Data Center harus mampu memberikan layanan optimal, sekalipun terjadinya suatu
bencana, sehingga bisnis dalam suatu korporasi harus tetap bertahan hingga
menghasilkan laba. Berawal dari peran Data Center yang sangat signifikan, serta
dikaitkan dengan berbagai issue yang ada pada Data Center saat ini, terutama Disaster
Recovery Planning, maka kajian secara komprehensif dan holistik mengenai Data
Center, telah menjadi critical issue bagi suatu institusi bisnis sebagai User
dan profitable issue bagi produsen penyedia infrastruktur dan equipment Data
Center. Secara umum Data Center terbagi dua berdasarkan fungsinya : Internet
Data Center, biasanya hanya dioperasikan untuk kebutuhan Internet Service
Provider dan Corporate Data Center, dimiliki oleh suatu korporasi
atau institusi, untuk mengoperasikan proses bisnis, dengan menggabungkan
layanan Internet dan Intranet.
Disain
dan perencanaan data center harus memperhatikan minimum aspek-aspek berikut :
Lokasi
aman, memenuhi syarat sipil bangunan, geologi, vulkanologi, topografi Terproteksi
dengan sistem cadangan, untuk sistem catudaya, pengatur udara/lingkungan,
komunikasi data Menerapkan tata kelola standar data center meliputi :
1. Standar Prosedur Operasi
2. Standar Prosedur Perawatan
3. Standar dan Rencana Pemulihan dan
Mitigasi Bencana
4. Standar Jaminan Kelangsungan
Bisnis
Data
center terbagi ke dalam dua 2 katagori :
1. EDC (Enterprise Data Center) : Mengoperasikan layanan internal perusahaan
yang diakses oleh pengguna internal melalui LAN/WAN perusahaan yang bersangkutan
2. IDC (Internet Data Center) :
Mengoperasikan layanan publik yang diakses oleh pengguna melalui jaringan internet.
Sehingga untuk kebutuhan pengelolaan database transaksi perusahaan, Ibu Clara
dapat menggunakan solusi Data Center dengan katagori Enterprise Data Center.
Manfaat
dari penggunaan Data Center adalah :
a. Availability
Data center dapat mendukung sustainable
operasional suatu perusahaan karena didesain untuk mencapai kondisi zero
failure dari seluruh komponen pendukungnya.
b. Scalability
Data center dapat mendukung skala
kebutuhan pengguna sesuai dengan volume alat produksi dan layanan yang dibutuhkan,
mengacu kepada situasi dan kondisi pelanggan terupdate.
c. Security
Data center dapat menyediakan
sistem keamanan bagi data, aplikasi dan metoda akses yang digunakan oleh
pelanggannya.
d. Cost Efficiency
Data center dapat menyediakan
layanan secara cost efficient bagi penggunanya, karena dapat mereduksi besaran
biaya investasi perangkat yang harus disiapkan di awal (Capex) oleh suatu
perusahaan menjadi biaya operasional harian (Opex).
Resiko
dari penggunaan Data Center adalah bagaimana memastikan data penting perusahaan
dapat dimanage dengan baik dan aman di tangan pihak ketiga.
Untuk
dapat meminimisasi resiko tersebut, maka berikut beberapa tips yang dapat
digunakan dalam memilih Data Center yang tepat :
1. Pilihlah perusahaan penyedia Data
Center yang memiliki reputasi dan track record baik.
2. Cek apakah perusahaan penyedia
Data Center tersebut telah memiliki ISO 9001, untuk manajemen dan proses di
Datacenter dan ISO 27001, untuk Security Techniques dan Information Security
Management Systems di datacenter. Karena hal ini sangat terkait dengan
kemampuan perusahaan tersebut dalam memanage data pelanggan secara secure dan
proper.
3. Cek apakah lokasi Data Center
berada di Indonesia dan terletak di lokasi yang aman.
4. Cek apakah Data Center tersebut
mempunyai DRC (Disaster Recovery Center) yang berjarak sesuai aturan dengan
Data Center utama.
5. Cek performansi SLG (Service
Level Guarantee) yang ditawarkan apakah sesuai dengan kebutuhan bisnis perusahaan.
6. Cek layanan customer support yang
ditawarkan (preferable 7day/24hour).
7. Diutamakan memilih Green Data
Center karena ramah lingkungan dengan pemakaian konsumsi daya yang efisien.
Aspek-aspek
yang harus diperhatikan saat mendesain dan merencanakan Data Center adalah
-
Lokasi yang aman serta memenuhi Syarat Sipil Bangunan seperti : Geologi,
Vulkanologi dan Topografi.
-
Mempunyai Sistem Cadangan untuk Sistem Catudaya,
-
Mempunyai Sistem Tata Udara
-
Mempunyai Sistem Pengamanan
-
Mempunyai Sistem Monitoring Lingkungan
-
Mempunyai Sistem Komunikasi Data
-
Serta menerapkan tata kelola standar Data Center, meliputi : Standar Prosedur
Operasi, Standar Prosedur Perawatan, Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi
Bencana, serta Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis.
Kriteria perancangan sebuah Data
Center yang ideal : Availability atau Ketersediaan Data Center
diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus
bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya
suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data Center harus dibuat sebisa
mungkin mendekati Zero-Failure untuk seluruh komponennya.Scalability dan
Flexibility Data Center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan
kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh
Data Center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi Data Center
secara keseluruhan. Security Data Center menyimpan berbagai aset
perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin
baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.
Tier atau Level pada Data Center merupakan
perancangan Data Center yang berangkat dari kebutuhan yang ada, dan kemudian
didefinisikan pada berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan
teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur Data Center yang lain.
MenurutTelecommunication Industry Association (ANSI/TIA-942), ada 4 Tier atau 4
Level dalam dalam perancangan Data Center, yang setiap tiernya menawarkan
tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu Data
Center, diantaranya :
1.
Tier-I Basic
2.
Tier-II Redundant Components
3.
Tier-III Concurently Maintainable
4.
Tier-IV Fault Tolerance
Maraknya isu lingkungan hidup
terutama Global Warming telah menjadi tema sentral saat ini, tidak
terkecuali bagi pelaku bisnis teknologi ICT. Ada berbagai sorotan, gagasan, dan
usulan ICT yang berbasis kepada upaya penyelamatan lingkungan hidup demi
kemaslahatan umat pada masa yang akan datang, diantaranya Data Center. Selama
ini, keberadaan Data Center identik dengan : kebutuhan catu daya listrik yang
sangat besar untuk proses komputasi yang kontinnyu (Non Stop), yang akan
berdampak pada permasalahan Energi. Menurut lembaga riset global, IDC dan Gartner.
IDC menilai bahwa untuk setiap US$1 investasi piranti keras di Data Center,
akan muncul tambahan biaya US$0,5 pada Power dan Sistem Pendinginan. Angka
tambahan ini naik dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya. Gartner bahkan
memprediksi separuh dari Data Center di dunia pada 2008 akan kekurangan
kapasitas Power dan Cooling akibat krisis Energi. Dari permasalahan tersebut,
dibutuhkan model baru Data Center yang ramah lingkungan atau Green Data
Center.
Untuk menerapkan Green Data
Center, banyak hal yang harus dilakukan, diantaranya : Mengaudit efisiensi Data
Center, Menggunakan UPS yang memiliki efisiensi hingga 97%, Virtualisasi Server
dan Storage Data Center. Selanjutnya, lalukan konsolidasi data Server dan
Storage, Penggunaan fitur Manajemen Energi pada CPU, Penggunaan Power Supply
dan Voltage Regulator tersertifikasi, Adopsi distribusi Energi terefisien dan
Adopsi Sistem Cooling terbaik. Dua langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya
adalah menerapkan prioritas tindakan dalam mereduksi Energi sekaligus menonaktifkan
peralatan ICT yang sudah dalam kondisi idle di sebuah Data Center.
Menurut Emerson, berikut ini
adalah enam tren yang memengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
desainer, operator, dan manajer data center:
1.
Komputasi
awan (cloud computing) harus berkembang
Dalam ekosistem data center,
komputasi awan telah begitu kuat karena hampir semua perusahaan telah
menggunakan software-as-a-service (SaaS) dalam beberapa bentuk. Saat
ini komputasi awan sudah siap untuk berkembang dari sekadar SaaS menjadi sebuah
pendorong inovasi. Organisasi yang berpikiran maju mulai menyatukan layanan
berbasis komputasi awan seperti analitis, kolaborasi, dan komunikasi untuk
lebih bisa memahami pelanggan mereka dan menghadirkan produk dan layanan baru
secara lebih cepat. Hasilnya, makin banyak perusahaan yang akan mengelola
lingkungan hybrid di mana sumber daya TI lokal (on-premise) didukung
oleh pemanfaatan layanan awan dan kolokasi secara strategis untuk meningkatkan
utilisasi, ketahanan, dan fleksibilitas. Terkait provider komputasi
awan, mereka harus menunjukkan kemampuan untuk bisa cepat berubah dengan tetap
konsisten memenuhi service level agreement, agar bisa berkembang di
lingkungan yang makin kompetitif. Provider komputasi awan akan
mendorong inovasi di industri karena mereka mengadopsi teknologi dan praktik
yang menghasilkan keandalan tinggi dengan biaya serendah mungkin.
2.
Integrasi
memperluas jangkauan
Sistem terintegrasi dikembangkan
untuk membantu organisasi menjalankan dan mengubah aplikasi dengan lebih cepat
sekaligus mengurangi risiko dan biaya total. Seiring dengan banyaknya perubahan
yang terjadi karena didorong oleh inovasi, digitalisasi, dan mobilitas,
kebutuhan akan kecepatan yang menyediakan integrasi dan konvergensi menjadi
makin besar. Hasilnya, integrasi dan konvergensi berkembang dari sekadar
tumpukan TI menjadi sistem yang mendukung tumpukan tersebut. Yang paling jelas,
fasilitas data center saat ini didesain dan dibangun dari modul
terintegrasi dan prefabrikasi. Pendekatan baru terhadap perkembangan fasilitas
ini memungkinkan berbagai organisasi, contohnya Facebook, mengembangkan data
center yang bisa disesuaikan dan berkinerja tinggi dengan waktu
pengembangan sebesar tiga puluh persen lebih cepat dibanding menggunakan proses
pembangunan tradisional. Dengan menggabungkan kemampuan seperti cepatnya
pemanfaatan, skalabilitas bawaan, dan kinerja yang memuaskan, pendekatan ini
menjadi alternatif yang menarik untuk mendukung kapasitas IT tambahan.
3.
Konvergensi bergerak ke
arah makro
Sistem teknologi bukanlah
satu-satunya hal yang mengalami konvergensi. Industri telekomunikasi dan TI
bergerak makin mendekat karena saat ini layanan suara dan data dinikmati
bersamaan di satu perangkat. Bahkan, lebih dari separuh partisipan dalam proyek
Data Center 2025 memprediksi bahwa setidaknya sebanyak 60 puluh persen
fasilitas jaringan telekomunikasi pada 2025 adalah data center, dan 79
persen memperkirakan paling tidak separuh perusahaan telekomunikasi akan
menjadikan fasilitas kolokasi sebagai bagian dari jaringan mereka. Konvergensi
ini akan mendorong lebih banyak standardisasi dalam hal teknologi yang
digunakan untuk mendukung layanan suara dan data, serta meruntuhkan sekat yang
dahulu hadir di antara kedua fungsi penting ini.
4.
Software membuka
jalan bagi lebih banyak software
Virtualisasi menjadi salah satu
tren paling penting di industri data center dalam dua puluh tahun
terakhir. Dampak dari pengaruh ini akan terus mendorong perubahan ke arah masa
depan terprediksi karena virtualisasi lebih dari sekadar komputasi ke jaringan
dan storage. Salah satu tantangan utama dari revolusi virtual ini adalah
manajemen hardware. Banyak perusahaan yang kurang memiliki visibilitas
untuk mengelola kinerja sistem virtual dan fisik, dan celah ini harus ditambal
untuk membuka jalan bagi software-defined data center (SDDC). Data
Center Infrastructure Management (DCIM) hadir untuk menutup celah ini dan para
pengguna awal DCIM membuktikan manfaatnya. Menurut penelitian tahun 2013
mengenai hilangnya daya atau pemadaman data center yang dilakukan
oleh Ponemon Institute, data center yang menggunakan DCIM bisa pulih
dari pemadaman 85 persen lebih cepat dibanding data center yang tidak
menggunakan DCIM.
5.
Manfaat
makin kuat
Setelah bertahun-tahun
konsolidasi dan sentralisasi, perusahaan TI mulai memperhatikan manfaat
jaringan untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan dan aplikasi. Saat
perusahaan terus meningkatkan penggunaan analitis, layanan berbasis lokasi, dan content personalisasi,
manfaat fasilitas jaringan akan menjadi makin penting dalam mencapai keunggulan
kompetitif. Untuk memanfaatkan peluang ini dibutuhkan infrastruktur standar,
pintar, dan availabilitas tinggi yang dijalankan dekat dengan pengguna. Seperti
halnya perusahaan yang berjuang untuk mengimbangi permintaan komputasi di
dekade pertama abad ini, perusahaan yang tidak menjawab isu jaringan yang
berhubungan dengan manfaat jaringan tidak akan bisa mengimbangi ledakan
pertumbuhan lalu lintas jaringan.
6.
Keamanan
menjadi fokus baru
Berbicara mengenai mitigasi
risiko, manajer data center hanya memiliki satu fokus: mencegah downtime.
Meskidowntime tetap menjadi risiko besar, sebuah ancaman baru muncul dalam
bentuk ancaman keamanan cyber. Ketika salah satu pelanggaran keamanan besar
dalam delapan belas bulan terakhir jejaknya mengarah ke sistem HVAC, manajer data
center dan spesialis keamanan TI mulai memperhatikan. Manajer data
center dan fasilitas harus meningkatkan kerjasama dengan tim keamanan TI
mereka untuk mengaudit teknologi dan softwareperangkat data center untuk
memastikan keamanannya serta mengevaluasi keamanan yang dilakukan oleh
kontraktor dan provider layanan yang memiliki akses ke perangkat di
atas.
sumber :
http://www.jalasistema.com/index.php/data-center
http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2013/02/Data-center
http://www.infokomputer.com/tag/data-center/
http://www.infokomputer.com/tag/data-center/
Komentar
Posting Komentar